diri saya.......

ani.septiani D3 MI 09

Indahnya dunia ini

Minggu, 02 Mei 2010

Kisah Nyata dari Seorang Wanita Karir

Untuk seorang ibu yang sibuk bekerja dan bekerja....

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak , mantan direktur sebuah Perusahaan
multinasional. Mungkin anda termasuk orang yang menganggap saya orang yang
berhasil dalam karir namun sungguh jika seandainya saya boleh memilih maka
saya akan berkata kalau lebih baik saya tidak seperti sekarang dan
menganggap apa yang saya raih sungguh sia-sia.

Semuanya berawal ketika putri saya satu-satunya yang berusia 19 tahun baru
saja meninggal karena overdosis narkotika.
Sungguh hidup saya hancur berantakan karenanya, suami saya saat ini masih
terbaring di rumah sakit karena terkena stroke dan mengalami kelumpuhan
karena memikirkan musibah ini.

Putera saya satu-satunya juga sempat mengalami depresi berat dan Sekarang
masih dalam perawatan intensif sebuah klinik kejiwaan, dia juga merasa
sangat terpukul dengan kepergian adiknya. Sungguh apa lagi yang bisa saya
harapkan.

Kepergian Maya dikarenakan dia begitu guncang dengan kepergian Bik Inah
pembantu kami..

Hingga dia terjerumus dalam pemakaian Narkoba.

Mungkin terdengar aneh kepergian seorang pembantu bisa membawa dampak
Begitu hebat pada putri kami.

Harus saya akui bahwa bik Inah sudah seperti keluarga bagi kami, dia telah
ikut bersama kami sejak 20 tahun yang lalu dan ketika Doni berumur 2
tahun.

Bahkan bagi Maya dan Doni, bik Inah sudah seperti ibu kandungnya sendiri.

Ini semua saya ketahui dari buku harian Maya yang saya baca setelah dia
meninggal..

Maya begitu cemas dengan sakitnya bik Inah, berlembar-lembar buku
hariannya berisi hal ini.

Dan ketika saya sakit (saya pernah sakit karena kelelahan dan diopname di
rumah sakit selama 3 minggu)

Maya hanya menulis singkat sebuah kalimat di buku hariannya "Hari ini Mama
sakit di Rumah sakit" , hanya itu saja.

Sungguh hal ini menjadikan saya semakin terpukul.

Tapi saya akui ini semua karena kesalahan saya.

Begitu sedikitnya waktu saya untuk Doni, Maya dan Suami saya.

Waktu saya habis di kantor, otak saya lebih banyak berpikir tentang
keadaan perusahaan dari pada keadaan mereka.

Berangkat jam 07:00 dan pulang di rumah 12 jam kemudian, bahkan mungkin
lebih.

Ketika sudah sampai rumah rasanya sudah begitu capai untuk memikirkan
urusan mereka.

Memang setiap hari libur kami gunakan untuk acara keluarga, namun
sepertinya itu hanya seremonial dan rutinitas saja, ketika hari Senin tiba
saya dan suami sudah seperti "robot" yang terprogram untuk urusan kantor.

Sebenarnya ibu saya sudah berkali-kali mengingatkan saya untuk berhenti
bekerja sejak Doni masuk SMA namun selalu saya tolak, saya anggap ibu
terlalu kuno cara berpikirnya.
Memang Ibu saya memutuskan berhenti bekerja dan memilih membesarkan kami 6
orang anaknya.

Padahal sebagai seorang sarjana ekonomi karir ibu waktu itu katanya sangat
baik.

Dan ayahpun ketika itu juga biasa-biasa saja dari segi karir dan
penghasilan.

Meski jujur saya pernah berpikir untuk memutuskan berhenti bekerja dan mau
mengurus Doni dan Maya, namun selalu saja perasaan bagaimana kebutuhan
hidup bisa terpenuhi kalau berhenti bekerja, dan lalu apa gunanya saya
sekolah tinggi-tinggi? .

Meski sebenarnya suami saya juga seorang yang cukup mapan dalam karirnya
dan penghasilan.

Dan biasanya setelah ada nasehat ibu saya menjadi lebih perhatian pada
Doni dan Maya namun tidak lebih dari dua minggu semuanya kembali seperti
asal urusan kantor dan karir fokus saya.

Dan kembali saya menganggap saya masih bisa membagi waktu untuk mereka,
toh teman yang lain di kantor juga bisa dan ungkapan "kualitas pertemuan
dengan anak lebih penting dari kuantitas" selalu menjadi patokan saya.

Sampai akhirnya semua terjadi dan diluar kendali saya dan berjalan begitu
cepat sebelum saya sempat tersadar.

Maya berubah dari anak yang begitu manis menjadi pemakai Narkoba.

Dan saya tidak mengetahuinya! !! Sebuah sindiran dan protes Maya saat ini
selalu terngiang di telinga.

Waktu itu bik Inah pernah memohon untuk berhenti bekerja dan memutuskan
kembali ke desa untuk membesarkan Bagas, putera satu-satunya, setelah dia
ditinggal mati suaminya .. Namun karena Maya dan Doni keberatan maka
akhirnya kami putuskan agar Bagas dibawa tinggal bersama kami.

Pengorbanan bik Inah buat Bagas ini sangat dibanggakan Maya.
Namun sindiran Maya tidak begitu saya perhatikan. Akhirnya semua terjadi ,
setelah tiba-tiba jatuh sakit kurang lebih dua minggu, bik Inah meninggal
dunia di Rumah Sakit.

Dari buku harian Maya saya juga baru tahu kenapa Doni malah pergi dari
rumah ketika bik Inah di Rumah Sakit.

Memang Doni pernah memohon pada ayahnya agar bik Inah dibawa ke Singapore
untuk berobat setelah dokter di sini mengatakan bahwa bik Inah sudah masuk
stadium 4 kankernya.

Dan usul Doni kami tolak hingga dia begitu marah pada kami. Dari sini saya
kini tahu betapa berartinya bik Inah buat mereka, sudah seperti ibu
kandungnya!
menggantikan tempat saya yang seolah hanya bertugas melahirkan mereka saja
ke dunia.
L@quinta is online now Reply With Quote

1 komentar:

  1. Kalau saya sih pilih bisnis yang tidak mengesampingkan tugas utama ibu yang merawat anak - anaknya. Penghasilan dapat, anak juga mudah mengawasinya. Jadi imbang :)

    BalasHapus